Selasa, 12 April 2011

Membakar Ruh Iman

Terkadang umat Islam lupa akan hal yang sangat penting yang akan menjadi bekal bahkan menjadi sebuah senjata yang sangat mematikan agar kita senantiasa bersemangat dalam melaksanakan hidup ini yang begitu banyak sekali masalah yang selalu menghadang kita, terkadang kita merasa putus asa, lemas, bahakan giroh ibadah kita turun drastis, mungkin ini yang dinamakan sindrom futur. Tetapi kita sering lupa untuk mencapai itu semua diperlukan sebuah bahan bakar, dan bahan bakar yang paling pas dan paling ampuh yang Allah SWT anugerahkan kepada kita adalah “IMAN”.
Keimanan ini harus senantiasa kita bakar agar apinya tetap senantiasa menyala meneranggi relung-relung kegelapan yang ada di dalam jiwa kita, ketika api ini hamper padam, maka kita harus cepat-cepat menambah bahan bakarnya, bahan bakar semangat iman adalah menghadiri Majlis-majlis Ilmu.
Setiap pribadi muslim harus meyakini bahwa nilai Iman akan terasa kelezatannya apabila secara nyata dimanifestasikan dalam bentuk amal sholeh atau tindakan kreatif dan prestatif. Iman merupakan energi batin yang memberi cahaya pelita untuk mewujudkan identitas dirinya sebagai bagian dari umat yang terbaik.

Islam bukanlah sekedar seperangkat konsep normatif ideal, melainkan juga suatu bentuk praktek dari amal aktual, amal yang nyata. Dari akar kata iman kita mengenal kata Aman (damai dan tentram), sehingga seseorang seharusnya mampu mengaktualisasikan suasana damai dan selalu ingin pelita kedamaian. Ditangan orang beriman, sesuatu apapun tidak mungkin cacat atau rusak sehingga pantaslah orang tersebut diberi amanah karena dia sudah membuktikan dirinya sebagai Al-Amin (orang yang terpercaya)

Seorang pribadi muslim, sadar bahwa kehadiran dirinya dimuka bumi tidak lain hanya untuk mengabdi, sebagaimana Allah SWT berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”(Qs. Ad-Dzaariyaat:56) didalam ayat ini dinyatakan bahwa misi seorang pribadi muslim adalah sebagai pelayan Allah. Apabila bekerja dan melayani itu adalah fitrah manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mendayagunakan seluruh potensi dirinya untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal prestatif, sesungguhnya dia selalu melawan fitrah dirinya sendiri, menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia sempurna, kemudian runtuh dalam kedudukan yang lebih hina dari binatang (Qs. Al-A’raaf: 172). Manusia hanya dapat memanusiakan dirinya dengan Iman, Ilmu dan Amal.

Amal hanya mungkin berkualitas bila dibarengi dengan ilmu dan ilmu yang baik adalah ilmu yang bermanfaat dan memberikan nilai kepada alam. Bila ilmu dan manfaat telah kita miliki, selanjutnya adalah usaha kita untuk selalu mencari arah, tujuan dan kesempatan. Seorang pribadi muslim harus banyak belajar dan membaca, dia harus pandai membaca tanda-tanda kekuasaan Allah yang akan membawanya lebih mengenali siapa hakikat dirinya. Selain itu ada suatu kegemaran tersendiri untuk lebih banyak membaca buku-buku yang merupakan jendela informasi dunia. Dan juga menjadi suatu hal yang wajib bagi dirinya untuk terus membaca, mengkaji, merenungi dan mengamalkan Al-Qur’an. Jadi jelaslah bahwa sekarang untuk menjadi orang yang berprestasi dan sukses ada tiga kata kunci yaitu “Iman, Ilmu dan Amal”. Orang-orang yang memiliki 3 kata kunci tersebut akan menjadi orang-orang yang tangguh walau harus menerjang badai. Mereka tidak mengenal kata pesimis. Tidak pernah lelah. Bagi mereka waktu adalah lembaran kertas untuk menulis tinta karya dan kerja nyata. Dan ilmu adalah pelita hati yang akan membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wallahu a'alam bishowab.

0 komentar:

Posting Komentar

Open Panel

Terima kasih Atas Kunjungan Anda Semoga Bermanfat